Peringatan 100 Tahun SCJ Indonesia, dan Pembukaan Rangkaian Kegiatan Perayaan 100 Tahun Prefektur Apostolik, Bengkulu

 

Kuntum Iman KAPal: Mekar di Bumi Raflesia, Harum Semerbak di Selatan Bumi Swarna Dwipa

'Bumi Raflesia' menjadi julukan untuk Bengkulu, sebab daerah ini menjadi habitat bunga langka berukuran raksasa, Rafflesia Arnoldi. Provinsi Bengkulu menyimpan banyak kisah sejarah bangsa Indonesia yang terbukti dengan adanya beberapa situs sejarah, antara lain: Rumah Pengasingan Bung Karno, Rumah Fatmawati, Benteng Marlborough, dan lainnya. Di kota pemilik pantai panjang ini tersimpan sejarah embrio Keuskupan Agung Palembang (KAPal).

Ketika menjejakkan kaki di Bengkulu, mata dimanjakan dengan pemandangan menarik penuh nilai. Salah satu sudut pandangnya demikian, bangunan rumah gubernur jendral Inggris, yang saat ini digunakan sebagai rumah dinas Gubernur Bengkulu berdiri kokoh nan indah. Rumah itu berhadapan langsung dengan monumen pemantau tsunami ( view tower ). Tepat di seberang kirinya, angkut patung megah St. Yohanes Penginjil di halaman Gereja Katolik St. Yohanes Penginjil Bengkulu. Dibalik pemandangan tersebut, terpancar kisah kuntum iman katolik di KAPal yang berusia seabad lalu.

Romo Paulus Sarmono SCJ bersama para penari

Mengurai Kisah, Mensyukuri Berkah

Sejarah KAPal mencatat bahwa benih iman telah ditaburkan oleh para misionaris sejak akhir abad ke-19. Pada tahun 1887, seorang misionaris Serikat Yesus (SJ) dari Batavia datang ke Tanjung Sakti, wilayah Pasemah, Ulu Manna, Karesidenan Bengkulu. Tiga tahun kemudian, pada tahun 1890 di Tanjung Sakti ada 8 orang anak yang dibaptis menjadi katolik dan 3 orang anak menjadi katekumen.

Selanjutnya, dengan didirikannya Prefektur Apostolik Sumatera, yang didirikan di Padang, pada tanggal 30 Juni 1911, pelayanan misi di Sumatera, termasuk di Tanjung Sakti dipercayakan kepada para misionaris Ordo Saudara Dina Kapusin, yang dalam Bahasa Latin: “Ordo Fraterium Minorum Capucinorum” dan lebih dikenal dengan singkatan OFMCap.

Berkat karya Roh Kudus melalui para misionaris awal, umat katolik di wilayah Sumatera bagian selatan terus bertambah. Benih iman yang ditabur itu, mekar di Bumi Raflesia, harum semerbak di Selatan Bumi Swarna Dwipa (Khususnya Prov. Bengkulu, Sumsel, Jambi). Swarna Dwipa adalah salah satu julukan bagi Pulau Sumatera; 'selatan' mau menunjuk KAPal teritorial yang berada di Sumatera Bagian Selatan.

Pada tahun 2023 ini, terhitung 100 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 27 Desember 1923, Paus Pius XI mengeluarkan Surat Apostolik dalam bentuk Motu Proprio Cum propagation, yang dengannya memekarkan wilayah Prefektur Apostolik Sumatera, menjadi Prefektur Apostolik Padang dan mendirikan Prefektur Apostolik Bengkulu dan Prefektur Apostolik BangkaBelitung. Pada saat didirikan, Prefektur Apostolik Bengkulu, diberi kewenangan untuk pelayanan misi di wilayah Karesidenan Bengkulu, Lampung, Palembang, Jambi dan sekitarnya.

                                                Misionaris SCJ Pertama | Foto: Arsip Kongregasi SCJ

Jumlah umat katolik di wilayah Prefektur Apostolik Bengkulu pada saat didirikan adalah sekitar 500 orang. Nama Prefektur Apostolik yang baru pada saat itu adalah Prefektur Apostolik Bengkulu, karena Tanjung Sakti – yang merupakan pos misi utama pada saat itu – terletak di wilayah Karesidenan Bengkulu. Paus Pius XI memberikan tugas pelayanan misi di Prefektur Apostolik Bengkulu kepada Imam-imam Hati Kudus Yesus ( Sacerdotum a Sacro Corde Iesu ), yang dikenal dengan singkatan SCJ. Selanjutnya dengan singkat pada tanggal 28 April 1924, ditunjuklah RP. Henricus Smeets SCJ sebagai Prefek Apostolik Bengkulu.

Pelayanan misi di Prefektur Apostolik Bengkulu, yang pos utamanya berada di Tanjung Sakti, terus berkembang dan menjangkau beberapa tempat lain, termasuk Kota Palembang. Pada tanggal 11 Juli 1939, Paus Pius XII mengubah yang sebelumnya Prefektur Apostolik Bengkulu, meningkatkan statusnya dengan mendirikan Vikariat Apostolik Palembang. Dengan Provisio Ecclesiarum, RP. Henricus Martin Mekkelholt SCJ yang sebelumnya telah diangkat sebagai Prefek Apostolik Bengkulu diangkat sebagai Uskup Tituler dan ditunjuk sebagai Vikaris Apostolik Palembang.

Seiring dengan perjalanan waktu Gereja misi di Republik Indonesia terus bertumbuh dan berkembang. Pada tanggal 3 Januari 1961, dengan Konstitusi Apostolik Quod Christus, Paus Yohanes XXIII mendirikan Hirarki para Uskup di Republik Indonesia, dengan mendirikan beberapa keuskupan metropolit dan keuskupan sufragan, satu di antaranya adalah Keuskupan Sufragan Palembang.

                                                    Misionaris SCJ Pertama | Foto: Arsip Kongregasi SCJ

Karena adanya pertumbuhan yang signifikan di wilayah Provinsi Gerejawi Medan, baik para Uskup, para imam, para religius dan umat beriman, maka dengan Konstitusi Apostolik, Pascendi Dominici Gregis, 12 Juni 2003, Paus Yohanes Paulus II mendirikan satu Provinsi Gerejawi baru di Indonesia, yakni Gerejawi Provinsi Palembang.

Dengan didirikannya Provinsi Gerejawi Palembang, Keuskupan Pangkalpinang dan Keuskupan Tanjungkarang yang sebelumnya menjadi sufragan dari Provinsi Gerejawi Medan, kini menjadi sufragan dari Provinsi Gerejawi Palembang.

                                        Perarakan Salib Dehonian menandai 100 tahun SCJ di Indonesia

Mensyukuri Anugerah Iman

Mengenang perjalanan panjang, 100 tahun Prefektur Apostolik Bengkulu membangkitkan banyak hal yang pantas untuk disyukuri, maka dalam ArDas KAPal tahun 2023 disebut sebagai Tahun Syukur atas Anugerah Iman. Dalam Surat Gembala Prapaskah No.: 337/Dio.KAPal/II/2023; yang kemudian dipertegas kembali dalam Surat Gembala Paskah No.: 375/Dio.KAPal/III/2023, Mgr. Yohanes Harun Yuwono, Uskup Agung KAPal, menyapa umat dengan menyatakan bahwa “Tahun Syukur atas Anugerah Iman, adalah tema tahun awal dari sepuluh tahun Ardas Keuskupan Agung Palembang hasil Sinode 2022.” Uskup yang pernah menjadi Dosen Islamologi di STFT St. Yohanes Pematangsiantar ini menyebutkan beberapa alasan untuk bersyukur.

Pertama , di tahun 2023 ini, kita merayakan 100 tahun Prefektur Apostolik Bengkulu (sejak 27 Desember 1923). Kendatipun telah pernah menjadi Prefektur Apostolik dan tidak (belum) menjadi Keuskupan, Bengkulu kini menjadi bagian dari Keuskupan Agung Palembang.

                                                    Romo Paulus Sarmono SCJ memberikan homilinya

Kedua , tahun ini kita juga merayakan 100 tahun karya Kongregasi SCJ di Indonesia. Kendati pun imam-imam Yesuit dan Kapusin yang mengawali pewartaan iman di Keuskupan kita, harus kita sadari bahwa karena kerja keras tanpa kenal lelah para misionaris SCJ, Palembang dan Tanjungkarang akhirnya menjadi Keuskupan. Tentu saja kita tidak melupakan jasa para biarawan (BHK, FIC, MSC, O.Carm, CSSR, OFM.Cap) dan para biarawati (HK, FCh, FSGM, CB, SJD, FMM) yang menyertai mereka dan para katekis serta bantuan penabur iman yang bekerja bahu membahu bersama mereka.

Ketiga , tahun ini kita juga merayakan 20 tahun Palembang sebagai Keuskupan Agung (sejak 1 Juli 2003). Tahun ini juga (25 Maret 2023) kita akan merayakan Penahbisan Gereja Katedral Santa Maria yang baru, bersamaan dengan ulang tahun Episkopal ke-29 Bapa Uskup Emeritus, Mgr. Aloysius Sudarso SCJ. Inilah tonggak-tonggak sejarah anugerah iman yang menggelorakan rasa syukur dalam hati Umat Allah KAPal. “Dari catatan di atas, kita dapat mengatakan bahwa kita telah menyelesaikan iman dan sarana-prasarana menggereja yang sangat baik dari para pendahulu. Mari kita syukuri dan menghidupi semuanya dengan sepenuh hati. Mari kita lanjutkan mewariskan iman tersebut serta Gereja yang terpelihara dengan baik pada generasi setelah kita” pinta Mgr. Harun dalam Surat Gembala Prapaskah 2023.

     Para imam berkonselebrasi dalam perayaan 100 tahun SCJ Indonesia dan Prefektur Apostolik Bengkulu

Sentire Cum Ecclesiae: Menimba dan Mewarisi

Perjalanan Kongregasi Imam-imam Hati Kudus (SCJ) Indonesia tidak bisa dilepaskan dari Gereja Sumatera bagian Selatan. Hidup dan berkembangnya Kongregasi ini sangat ditentukan oleh hidup dan perkembangan Gereja. Dalam sejarah, sebagian besar wilayah Sumatera bagian Selatan (Indonesia) dipercayakan kepada SCJ pada tanggal 27 Desember 1923.

Tiga Dehonian pertama (dua imam dan satu Bruder) tiba di Tanjung Sakti pada bulan September 1924. Misionaris SCJ pertama tersebut adalah RP. HJD van Oort SCJ, RP. K.van Streekelenburg SCJ, dan Br. Felix van Langenberg SCJ. Pada waktu yang sama, 27 Desember 1923, Paus Pius XI mengeluarkan Surat Apostolik dalam bentuk dakwah Motu Proprio Cum, antara lain keputusan berdirinya Prefektur Apostolik Bengkulu.

Dilatarbelakangi oleh dua peristiwa besar itu, 100 tahun SCJ Indonesia dan 100 tahun Prefektur Apostolik Bengkulu; Paroki St. Yohanes Penginjil Bengkulu menggelar pembukaan perayaan syukur (Senin, 13/03). Tema yang diusung adalah 'Dengan Syukur Penuh, Kita Menimba Semangat dan Mewarisi Iman Para Misionaris Perintis Gereja Sumbangsel'.

Panitia yang dinahkodai oleh Wasinton Silalahi dan Bernadus Mardiman dengan penasihat RP. Paskalis SCJ, RD. Dwijoko PR, dan DPP, merangkai kegiatan perayaan dalam tiga bagian besar: gladi jasmani, gladi rohani, dan perayaan puncak.

Gladi secara fisik meliputi lomba mewarnai tingkat TK – SD kelas 1 (18 Juni 23), lomba mewarnai tingkat SD kelas 2-3 (18 Juni 2023), lomba bakiak dan estafet sarung (20 Agst 23), lomba senam gembira (3 Sept 23) . Gladi rohani meliputi lomba konten kreatif rohani (23 April-Juni), lomba bertutur Kitab Suci (6-7 Mei 23), lomba CCR Anak (6-7 Mei 23), lomba CCR Remaja (13-14 Mei 23), lomba CCR Keluarga (20-21 Mei 23), lomba Mazmur (27-28 Mei 23), seminar (11 Juni 23), Misa Suro (19 Juli 23), Misa Inkulturasi dan Pensi Budaya Batak (30 Juli 23), Napak Tilas (27 Agustus 23).

                            Romo Paulus Sarmono memotong pita membuka rangkaian acara 100 tahun SCJ

Perayaan puncak direncanakan pada 10 Sept 2023 dengan mata acara: misa syukur, lomba menghias kue tradisional, pentas seni, dan pembagian hadiah lomba.

Dalam kolaborasi dengan RP. Paulus Sarmono SCJ, selaku pastor paroki dan pelindung kepanitiaan, rangkaian kegiatan yang direncanakan bertujuan sebagai ungkapan syukur atas penyertaan dan karya Allah melalui Karya Misi Gereja di Bengkulu serta merefleksikan kembali perjalanan karya misi berdasarkan semangat para pastor misionaris yang merintis serta mengawali karya di Bumi Raflesia, Bengkulu.

Melalui perayaan 100 tahun Prefektur Apostolik Bengkulu dan 100 tahun SCJ Indonesia, Gereja dan umat Allah hendak bersyukur dan mewujudkan semangat misioner serta nilai-nilai yang terangkum dalam selebrasi. Perayaan dua momen besar ini juga dapat dimaknai sebagai centire cum ecclesiae , upaya untuk sehati sepikir seperasaan dengan Gereja, yang diusahakan dengan menimba dari pendahulu dan mewariskan bagi generasi mendatang. Semangat demikian pun dihidupi oleh Kongregasi SCJ Indonesia untuk merayakan 100 tahun dengan tema “Dengan hati yang terbuka 'berjalan bersama' Gereja Lokal”. 

Perayaan syukur ini diawali dengan Misa Kudus di Paroki Bengkulu yang disaksikan oleh para romo dan undangan tamu (Dehonian Family) berjumlah 30 orang, umat sekitar 400 orang dan panitia sebanyak 50 orang.

                                         Para penari menyambut kehadiran para imam konselebran

Pesta dipimpin oleh RP. Paulus Sarmono SCJ, parokus sekaligus superior SCJ wilayah Bengkulu, dalam homilinya ia menyatakan agar umat tidak melupakan sejarah. Banyak penabur iman yang telah mewariskan spiritualitas yang membuat berjuta-juta kekayaan rohani guna menumbuh-kembangkan iman kepada Kristus.

“Memandang kebesaran dan kemegahan Keuskupan Agung Palembang dan Keuskupan sufragan Tanjung Karang sekarang ini tidak bisa melepaskan diri dari fondasi bangunan iman yang dimulai di Bengkulu, Prefektur Apostolik yang menjadi cikal bakal kedua keuskupan itu.” tegas Romo Sar, yang konsen memberi perhatian pada pupuk organik.

Dalam homili, beliau menguarai bahwa memang Prefektur Apostolik Bengkulu yang tak pernah (belum) menjadi besar, maksudnya menjadi keuskupan, namun tetap pantas disyukuri. Seperti ucapan Santo Yohanes Pembaptis “biarlah aku semakin kecil, dan Dia semakin besar”.

Tiga alasan untuk bersyukur. Pertama , Allah telah memilih dan menjadikan Bengkulu sebagai titik awal pewartaan kabar gembira, sebagai wilayah di mana para misionaris perintis menjejakan kakinya, mengawali Kekatolikan mulai dari Pelabuhan “tapak Padri” menyusuri pantai ke arah Selatan, berbelok ke kiri ke arah timur belokan gunung menuju Tanjung Sakti.

Para imam dan petugas liturgi berfoto bersama usai Ekaristi

Kedua , kami bersyukur wilayah Prefektur Apostolik Bengkulu digembalakan oleh para imam dan para biarawan dari 3 Ordo dan 1 Kongregasi, sehingga umat bertambah spiritualitas iman yang amat kaya. Kita memulihkan semangat militansi iman dari Ordo Teatin.

Kita menambahkan pentingnya pengetahuan iman, kecerdasan dan ketaatan sebagai orang beriman dari para imam Ordo Yesuit. Kita sederhananya sederhana dan rendah hati Santo Fransiskus Asisi dari para OFMCap. Kita berakhir semangat hati yang terbuka dan selalu tergerak oleh belas kasihan dari para biarawan SCJ, yang pada tahun depan merayakan kehadirannya yang ke 100 tahun di Bumi Pertiwi.

Ketiga , kita bersyukur atas kehadiran Gereja yang terbangun di SumBagSel ini diterima oleh masyarakat kita yang menghargai suku, budaya, agama. Meskipun kita yang lebih rendah hati harus mengakui bahwa kita belum bisa masuk lebih dalam memperkenalkan Kristus kepada saudara saudari kita suku asli, kecuali suku Pasemah Tanjung Sakti dan di Batuputih.

                                                                                    Tari Persembahan

“Semoga perayaan ini akan tiga hal berikut. Pertama , kuatkan iman kita kepada Yesus sekalipun banyak tantangan dan kesulitan. Kedua , semakin menumbuhkan semangat kita untuk selalu haus menimba pengetahuan iman, terus menerus menjalani formasi sebagai orang Katolik, jangan merasa cukup mengasah segi intelektual keberimanan kita. Ketiga , meningkatkan daya kemisionarisan kita, di tengah-tengah Bangsa Indonesia yang beranekaragam, kehadiran kita sebagai Gereja tetap disukai dan dirindukan oleh masyarakat”, pungkas Imam SCJ ketua Distrik Benar Raya.  

Harapannya, perayaan ini menyegarkan ingatan dan pengalaman iman akan Kasih Allah bagi KAPal. Benih iman itu mekar di Bumi Raflesia dan kini harum semerbak di selatan Bumi Swarna Dwipa, khususnya Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Jambi (kecuali Kab. Kerinci). Peringatan satu abad ini merupakan bukti kasih Allah yang tiada henti, semoga semakin meneguhkan semua pihak untuk terus berjalan bersama: semakin beriman dan berbuah limpah.

** RD Widhy

Komentar